Jumat, 21 April 2017

Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Anak



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang tiada henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, kami berhasil menyelesaikan makalah dengan judul  “Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Anak” yang berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai sarana belajar agar lebih aktif dan kreatif. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali mengalami kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan.
            Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa Kebidanan yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.
            Kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amin.

Yogyakarta, Maret 2017

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................4
C. Tujuan ...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak ...................................................................................................................5
B. Pengertian Budaya ................................................................................................................5
C. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Anak .....................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Budaya tempat anak dibesarkan dapat dijelaskan sebagai nilai-nilai, pola pikir, dan keyakinan yang dianut oleh sosok-sosok utama dalam kehidupan anak. Misalnya, anda mungkin sangat meyakini konsep saling menghargai sesama manusia, atau bahwa kekerasan fisik antar anak tidak bisa ditoleransi. Anak anda akan menyerap hal tersebut dan membentuk pandangan sendiri akan dunia yang merefleksikan nilai-nilai tersebut.
            Anak dapat mengalami kesulitan menyesuaikan dir jika nilai-nilai budaya dalam kehidupannya, baik yang didapat dari orang tuanya maupun dari sistem keyakinan budaya yang lebih luas yang berhubungan dengan latar belakang suku, tidak sesuai dangan nilai-nilai yang dalam duniannya sehari-hari.
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
            Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Aspek sosial budaya ini berkaitan dengan bayi baru lahir dana anak prasekolah yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini. Oleh karena itu, kami akan membahas hal tersebut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian anak?
2.      Apa Pengertian budaya?
3.      Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan anak?
4.      Bagaimana solusi pendekatan melalui Agama?
5.      Bagaimana solusi pendekatan melalui kesenian tradisional?
6.      Bagaimana solusi pendekatan melalui paguyuban?
C. Tujuan
1.      Mengetahui pengertian anak
2.      Mengetahui pengertian budaya
3.      Mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan anak
4.      Mengetahui solusi pendekatan melalui agama
5.      Mengetahui solusi pendekatan melalui kesenia tradisional
6.      Mengetahui solusi pendekatan melalui paguyuban
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PengertianAnak 
            Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri dimana semuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
            Seorang anak mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarganya tetapi kesehatan anak sekarang ini sangat memprihatinkan karena banyak sekali kasus anak-anak yang terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Seperti banyak anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya memberi kebutuhan gizi sekedarnya saja pada anak mereka.
            Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belumdewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata “anak” merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipin mereka telah dewasa.
            Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan
B. Pengertian Budaya
            Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu Buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari Buddi (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Dalam bahasa inggris, kebuayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa indonesia.
            Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur – unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
C. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Anak
            Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. 
      Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan anak. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat anak.
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam, 2005).
Berikut ini merupakan mitos yang berkembang berkaitan dengan tumbuh kembang anak

1.      Setiap anak yang mengalami diare, demam dan rewel  biasanya oleh orang tua sering mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut. Contohnya : Tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan, mulai belajar berbicara

2.      Biasanya kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh gigi terlebih dahulu maka kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula sebaliknya jika anak berjalan terlebih dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi terlambat.

3.      Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasanya orang tua yang masih kental dengan adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu ijuk dimuka anak tersebut.

4.      Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada didalam rumah. Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang menyebabkan anak tersebut sakit.

5.      Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.

6.      Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam. Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya. Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.

7.      Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala
Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki presentasi lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa, keluarnya panas melalui kepala hanya 10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan, dan tangan.

8.      Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tidak salah langkah.
a.       Anak kurus karena kurang vitamin
Orang sering berpikir, anak yang gemuk dan lincah pastilah sehat, padahal belum tentu benar. Anak gemuk belum tentu cukup vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh makanan lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang darah alias mengidap anemia." Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C. Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak sehat, tidak berlaku lagi sekarang. "Patokannya sekarang adalah tumbuh dan kembang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan," lanjut Ghazali. Selain itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.

b.      Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin
Sering kita lihat orang tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang sulit makan. "Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak. Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena TBC," ujar Ghazali. Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung. Tetapi pada anak kecil hal ini jarang terjadi. Penyakit mag biasanya diderita orang dewasa. Untuk itu sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg. Jangan termakan iklan yang menyebutkan bahwa menelan vitamin dosis tinggi (sampai 1.000 mg) bisa membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.

c.       Vitamin membuat anak lebih cerdas
Vitamin memang bisa membuat anak cerdas, namun tetapi prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. Misalnya cepat bicara, berjalan, bermain, dan lainnya.












BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan. Anak dapat mengalami kesulitan menyesuaikan dir jika nilai-nilai budaya dalam kehidupannya, baik yang didapat dari orang tuanya maupun dari sistem keyakinan budaya yang lebih luas yang berhubungan dengan latar belakang suku, tidak sesuai dangan nilai-nilai yang dalam duniannya sehari-hari.
           







DAFTAR PUSTAKA

Woolfson, Richard C. 2005. Mengapa Anakku Begitu. Bandung: Erlangga
Purwoastuti, Endang. 2015. Pokok-Pokok Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Pada Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kasus Gangguan Psikologi

Kasus gangguan psikologi yang berhubungan dengan kehamilan Seorang Ny.A dating ke pelayanan kesehatan dan mengatakan  berumur 16 ta...