KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang tiada
henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang
memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, kami
berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan
Kesehatan Anak” yang berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai sarana
belajar agar lebih aktif dan kreatif. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak
sekali mengalami kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan meskipun banyak kekurangan.
Kami menyadari sebagai seorang
mahasiswa Kebidanan yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak
belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan
datang. Amin.
Yogyakarta,
Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
...............................................................................................................1
DAFTAR
ISI
.............................................................................................................................2
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
......................................................................................................................3
B.
Rumusan Masalah
.................................................................................................................4
C.
Tujuan
...................................................................................................................................4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Anak
...................................................................................................................5
B.
Pengertian Budaya
................................................................................................................5
C. Aspek
Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Anak
.....................................................6
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA
.............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Budaya tempat anak dibesarkan dapat
dijelaskan sebagai nilai-nilai, pola pikir, dan keyakinan yang dianut oleh
sosok-sosok utama dalam kehidupan anak. Misalnya, anda mungkin sangat meyakini
konsep saling menghargai sesama manusia, atau bahwa kekerasan fisik antar anak
tidak bisa ditoleransi. Anak anda akan menyerap hal tersebut dan membentuk
pandangan sendiri akan dunia yang merefleksikan nilai-nilai tersebut.
Anak dapat mengalami kesulitan
menyesuaikan dir jika nilai-nilai budaya dalam kehidupannya, baik yang didapat
dari orang tuanya maupun dari sistem keyakinan budaya yang lebih luas yang
berhubungan dengan latar belakang suku, tidak sesuai dangan nilai-nilai yang
dalam duniannya sehari-hari.
Aspek
sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut
semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di
kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak.
Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal
dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya
inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Aspek sosial budaya ini berkaitan dengan bayi baru lahir dana anak
prasekolah yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi
hal ini. Oleh karena itu, kami akan membahas hal tersebut dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian anak?
2.
Apa
Pengertian budaya?
3.
Apa saja aspek sosial
budaya yang berkaitan dengan anak?
4.
Bagaimana solusi
pendekatan melalui Agama?
5.
Bagaimana solusi
pendekatan melalui kesenian tradisional?
6.
Bagaimana solusi
pendekatan melalui paguyuban?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian anak
2.
Mengetahui
pengertian budaya
3.
Mengetahui
aspek sosial budaya yang berkaitan dengan anak
4.
Mengetahui
solusi pendekatan melalui agama
5.
Mengetahui
solusi pendekatan melalui kesenia tradisional
6.
Mengetahui
solusi pendekatan melalui paguyuban
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianAnak
Anak merupakan mahkluk sosial, yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak
juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri dimana semuanya itu
merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada
tiap-tiap fase perkembangannya.
Seorang anak mempunyai hak untuk
mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarganya tetapi kesehatan anak sekarang
ini sangat memprihatinkan karena banyak sekali kasus anak-anak yang terkena
penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya. Seperti banyak
anak-anak di pelosok desa yang orangtuanya hanya memberi kebutuhan gizi
sekedarnya saja pada anak mereka.
Anak (jamak: anak-anak) adalah
seorang lelaki atau perempuan yang belumdewasa atau belum mengalami masa
pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata “anak” merujuk pada
lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipin
mereka telah dewasa.
Menurut psikologi, anak adalah
periode perkembangan
B.
Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu Buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari Buddi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi,
dan akal manusia.
Dalam
bahasa inggris, kebuayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur – unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
C.
Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Anak
Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal
dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya
inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan
masyarakat.
Mitos-mitos
yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat
berbahaya bagi ibu dan anak. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang merawat anak.
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek
yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik
maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama
orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif
rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering
kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan
mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam, 2005).
Berikut ini merupakan mitos yang berkembang
berkaitan dengan tumbuh kembang anak
1. Setiap anak yang mengalami diare,
demam dan rewel biasanya oleh orang tua sering mengaitkannya dengan
perubahan tumbuh kembang anak tersebut. Contohnya : Tumbuhnya gigi, mulai
belajar berjalan, mulai belajar berbicara
2. Biasanya kepercayaan masyarakat
terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh gigi terlebih dahulu maka
kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula sebaliknya jika anak berjalan
terlebih dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi terlambat.
3. Jika anak mengalami step atau demam
tinggi biasanya orang tua yang masih kental dengan adat dan budayanya sering
menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu ijuk dimuka anak tersebut.
4. Jika
menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan
biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada didalam
rumah. Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang menyebabkan
anak tersebut sakit.
5. Jika rambut anak anda basah maka anak
anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.
6. Anak perlu makan ketika kedinginan
dan meminum banyak air ketika demam. Hal yang seharusnya dilakukan adalah
menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika seseorang banyak cairan maka
akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya. Meskipun demikian anak
tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi
ataupun diare.
7. Anak akan kehilangan 75% panas
melalui kepala
Mitos ini berkembang
karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin
ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki presentasi
lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa,
keluarnya panas melalui kepala hanya 10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan,
dan tangan.
8. Mitos tentang vitamin sangat perlu
diketahui agar tidak salah langkah.
a. Anak kurus karena kurang
vitamin
Orang sering berpikir,
anak yang gemuk dan lincah pastilah sehat, padahal belum tentu benar. Anak gemuk
belum tentu cukup vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh makanan
lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang darah alias
mengidap anemia." Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat
cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun
seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif kekurangan vitamin
pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam folat, zat besi, dan
vitamin C. Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu kekurangan vitamin.
Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak sehat, tidak berlaku
lagi sekarang. "Patokannya sekarang adalah tumbuh dan kembang. Untuk
mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik
berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan," lanjut Ghazali. Selain
itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek,
tinggi, dan lainnya.
b. Nafsu makan hilang, cekok saja dengan
vitamin
Sering kita lihat orang
tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang sulit makan.
"Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak.
Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit
tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena
TBC," ujar Ghazali. Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat
anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam
askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika
anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung. Tetapi pada anak
kecil hal ini jarang terjadi. Penyakit mag biasanya diderita orang dewasa.
Untuk itu sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg. Jangan
termakan iklan yang menyebutkan bahwa menelan vitamin dosis tinggi (sampai
1.000 mg) bisa membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.
c. Vitamin membuat anak lebih
cerdas
Vitamin memang bisa
membuat anak cerdas, namun tetapi prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas
itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. Misalnya cepat bicara,
berjalan, bermain, dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak merupakan mahkluk sosial, yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Menurut
psikologi, anak adalah periode perkembangan. Anak dapat mengalami kesulitan
menyesuaikan dir jika nilai-nilai budaya dalam kehidupannya, baik yang didapat
dari orang tuanya maupun dari sistem keyakinan budaya yang lebih luas yang
berhubungan dengan latar belakang suku, tidak sesuai dangan nilai-nilai yang
dalam duniannya sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Woolfson,
Richard C. 2005. Mengapa Anakku Begitu. Bandung: Erlangga
Purwoastuti,
Endang. 2015. Pokok-Pokok Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Pada Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar