KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang tiada henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, saya berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Psikologi Masa Kehamilan Serta Gangguan Psikologinya” yang berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai sarana belajar agar lebih aktif dan kreatif. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali mengalami kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan.
Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa Kebidanan yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amin.
Yogyakarta, April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan ...................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi .............................................................................................................4
B. Pengertian Masa Kehamilan .................................................................................................4
C. Psikologi Masa Kehamilan ...................................................................................................4
D. Gangguan Psikologi Masa Kehamilan .................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan susana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan.
Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Psikologi?
2. Apa Pengertian Masa Kehamilan?
3. Bagaimana Psikologi Masa Kehamilan?
4. Bagaimana Gangguan Psikologi Masa Kehamilan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Psikologi
2. Mengetahui Pengertian Masa Kehamilan
3. Mengetahui Psikologi Masa Kehamilan
4. Mengetahui Gangguan Psikologi Masa Kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah[1]. Para praktisi dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Para psikolog berusaha mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok, selain juga mempelajari tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang mendasari perilaku.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang merupakan manifestasi adanya kejiwaan pada manusia. Unit analisisnya adalah perilaku manusia, baik level individu dan kelompok.
B. Pengertian Masa Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya, kehamilan manusia terjadi antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran. Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara spermatozoa dengan ovum yang menghasilkan zygote, proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi implantasi pada uterus, pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai dengan aterm di dalam iterus.
C. Psikologi Masa Kehamilan
Ada Perubahan yang terjadi ketika kandungan mulai dinyatakan positif. Perubahan ini merupakan dampak dari hormon yang mempengaruhi psikologis ibu hamil.
Secara psikologis ibu hamil akan:
a. Merasakan betapa pentingnya keberadaan suami
b. Peningkatan rasa ketergantungan
c. Mudah tersentuh perasaan. Mudah merasa kasihan, mudan marah, mudah gembira dan sebagainya
d. Mudah tersinggung (sensitif)
e. Mudah berhayal
f. Pasrah
Selain faktor fisik, hal-hal yang dapat berpengaruh pada wanita selama kehamilan adalah faktor psikologis, karena adanya perubahan-perubahan psikis yang terjadi pada wanita selama masa hamil. Beberapa faktor psikologis yang dapat berpengaruh dalam kehamilan yaitu:
1. Support Keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga. Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi dari masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan dianggap suatu krisis bagi kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh stress dan kecemasan.Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka mengakibatkan timbulnya tingkah laku maladatif dalam anggota keluarga dan kemungkinan terjadi perpecahan antara anggota keluarga.
2. Substance Abuse
Pola psikoaktif dari penggunaan zat/bahan yang berisiko secara fisik bagi kesehatan ibu hamil dan janinnya, dapat memberikan pengaruh juga sacara psikologis. Pengaruh psikologis tersebut dalam bentuk ketergantungan, kecanduan dan penyalahgunaan. Gejala-gejala gangguan psikologis akibat substance abuse antara lain: gangguan dalam sosialisasi, gelisah, sifat lekas marah, halusinasi, euphoria (ketagihan dan over dosis), paranoid, stress.
3. Partner Abuse
Merupakan kekerasan/penyiksaan yang dilakukan oleh pasangan ibu hamil dan sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan. Kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan emosional, seksual atau fisik, kekerasan seperti pemukulan, penyiksaan dibebani kerja berat. Kekerasan psikologis, seperti tidak diperhatikan, suami selingkuh, dimarahi tanpa sebab yang pasti, istri menanggung beban keluarga, tingkah laku suami yang buruk (pemabuk, penjudi, pemarah).
Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi.
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-masing selama 13 minggu. Trimester membantu pengelompokan tahap perkembangan janin dan tubuh ibu hamil. Kehamilan itu unik pada setiap ibu hamil, artinya ibu hamil satu dengan ibu hamil yang lain belum tentu sama.
a. Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecamasan, depresi, dan kesedihan. Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri yang akan menimbulkan ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilanyang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama jika ia memiliki karir), tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya, kecemasan yang akan berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga, dan keberterimaan orang terdekat terhadap kehamilannya.
Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilannya, sementara itu, beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama, seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya karena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester pertama.
b. Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar sekira 7,6 cm di atas pusat. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-10,8 kg termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak pada periode ini. Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang labih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahandari seorang yang mencari kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.
c. Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif terhadap bayinya. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti: apakah nanti bayinya akan lhir abnormal, terkait persalinan dan kelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat penting.
D. Gangguan Psikologi Masa Kehamilan
a. Gangguan psikologis pada pasangan infertile
Infertilitas merupakan suatu kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan suatu pasangan untuk mendapatkan atau menghasilkan keturunan. Beda halnya infertil yang berarti kekurangmampuan suatu pasangan untuk menghasilkan keturunan dan bukan ketidakmampuan mutlak. Dalam buku psikologi wanita karangan kartini kartono (2006) disebutkan gambaran tentang gangguan psikologis pada wanita yang infertil yaitu sebagai berikut:
1. Ada kebiasaan dan religi dari banyak suku bangsa di dunia yang menegaskan bahwa wanita tiddak mampu melahirkan anak adalah wanita binferior. Hal inilah yang membuat wanita yang tidak mampu memberikan keturunan menjadi rendah diri dan kehilangan percaya diri.
2. Pada beberapa wanita yang lain, selalu berusaha mengingkari trauma sterilitasnya dengan justifikasi bahwa ia tidak menginginkan kehadiran anak dalam kehidupannya.
3. Sebagai manifestasi dari sterilitassnya, banyak wanita infertil mengambil substitusi lain dengan cara mengembangkan hobi, meniti karier, mengadopsi anak, dan lainnya.
4. Setiap kegagalan dan kekecewaan selalu diproyeksikan kepada orang lain.
5. Adapula wanita steril yang memiliki sifat pseudo-keibuan, menghibur diri dengan memilih pekerjaan yang bersifat keibuan.
Pengelolaan gangguan psikologis pada infertilitas
Gangguan psikologis pada infeertilitas merupakan siklus yang tidak terputus. Infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan psikologis yang menghambat proses reproduksi itu sendiri dan dampak dari infertilitas ini juga mengakibatkan gangguan psikologis. Adapun penanganannya dapat dilakukan dengan konseling baik secara individu atau konseling pasangan, mengingat kondisi ini melibatkan kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.
b. Gangguan Psikologis pada Kehamilan Palsu (Pseudocyesis)
Kehamilan palsu adalah suatu keadaan dimana seorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan berbagai tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapatakan menstuasi, adanya mual muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan, dan gejala kehamilan lainnya bahkan kadang kala hasil tes urine dapat menjadi positif palsu(false positive), tetapi sesungguhnya tidak benar-benar hamil (Suririnah, 2005). Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjadinya kehamilan palsu adalah faktor emosional/psikis yang menyebabkan kelenjar pituitari terpengaruh sehingga menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil.
Tanda gejala gangguan psikologis pada pseudocyesis
Wanita dengan pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti berikut ini:
1. Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil. Ingin memiliki anak yang dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi keinginan mempunyai anak.
2. Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak timbul dari dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam , sikap bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
3. Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari sekaligus kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah ilustrasi belaka.
4. Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari pseudologi, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari hal-hal yang tidak menyenagkan.
Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudocyesis
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari atau menghindari realitas yang tidak menyenangkan. Wanita pseudocyesis ingin sekali menonjolkan egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilihlah aliran konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien, pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia. Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses ini bisa dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor di belakang (sehingga tidak terlihat). Konselor berupaya agar klien mendapat wawasan dengan menyelami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan. Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional. (Lesmana, 2006).
c. Gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pranikah itu aman untuk dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu, ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu risikonya adalah kehamilan di luar nikah. Sungguh merupakan suatu permasalahan kompleks yang dapat menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggan orang tua, serta pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu, kehamilan yang tidak diinginkan yang juga mengarah pada tindakan aborsi kriminalis.
Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
Umumnya kehamilan di luar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan rentang usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil, karena masa ini merupakan masa transisi dan pencarian jati diri. Dengan kehamilan di luar nikah banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja natara lain adalah sebagai berikut:
1. Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa, terutama pada wanita yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap respons orang tua, dan biasanya mereka menutupi kehamilannya hingga didapatkan tindakan lain.
2. Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit itu.
3. Cemas jika sampai teman-temannya mengetahui, apalagi pihak sekolah yang mungkin saja akan mengeluarkannya dari bangku sekolah.
4. Rasa takut yang timbul karena ia sangat tidak siap menjadi seorang ibu.
5. Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilannya dengan aborsi (Kartono, K., 2007).
Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan guna menangani permasalahan ini adalah dengan konseling humanistik, dimana manusia sebagai individu berhak menentukan sendiri keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah baik (Rogers, 1971). Sebagai konselor yang ingin memberikan konseling perlu memiliki 3 karakter seperti berikut ini:
1. Empati, adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan klien, usaha berpikir bersama tentang dan untuk mereka (klien).
2. Positive regard (acceptance), yaitu menghargai klien dengan berbagai kondisi dan keberadaannya.
3. Congruence (genuineness), adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik.
Oleh karena itu, di dalam menghadapi permasalahan kehamilan di luar nikah bagi para remaja, maka bidan dapat mmemberikan konseling bersama yaitu konseling keluarga, antara remaja itu sendiri, konselor dan pihak keluarga, mengingat orang tua masih memiliki andil yang besar pada kehidupan anak remaja mereka (Lesmana, 2006).
d. Gangguan psikologis pada kehamilan yang tidak dikehendaki
Kehamilan yang tidak dikehendaki tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat dari kegagalan kontrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung. Tanda dan gejala gangguan psikologis pada wanita dengan kehamilan yag tidak dikehendaki
1. Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, wanita merasa bahwa janin yang dikandungnnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan seperti aborsi.
2. Beberapa wanita bersikap katif-agresif , mereka sangat marah dan dendam pada kekasih dan suaminya yang merasa sanggup menanggung konsekuensi dari tindakannya. Selain itu, calon bayinya dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi dirinya.
3. Pengelolaan gangguan psikologis pada wanita dengan kehamilan yang tidak dikehendaki
Penanganan dalam masalah ini tidak jauh berbeda dengan penanganan pada kehamilan di luar nikah. Perbedaannya hanya pada teknik konselingnaya-karena kehamilan ini terjadi pada wankta yang telah menikah- yaitu dengan konseling pasangan.
e. Gangguan psikologis pada kehamilan dengan keguguran
Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400-1.000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu), sedangan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis (Rustam, M., 1998).
Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung pada konstitusi psikisnya sendiri. Menimbulkan Sindrom Pasca-abortus yang meliputi menangis terus-menerus , depresi berkepanjangan, perasaan bersalah, ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan mendalam, amarah, kelumpuhan emosional, problem atau kelainan seksual, kekacauan pola makan, perasaan rendah diri, penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan terlarang, mimpi-mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan untuk bunuh diri, kesulitan dalam relasi serangan gelisah dan panik, serta selalu melakukan kilas balik.
Pengelolaan Gangguan Psikologis Pada Wanita Pasca-abortus
Sindrom Pasca-abortus berada dalam kategori “kekacauan akibat stress pasca-trauma”. The American Psychiatric Assosiation (APA) menjelaskan bahwa kekacauan akibat stress paca-trauma terjadi apabila orang mengalami suatu peristiwa yang melampaui batas pengalaman manusia biasa, di mana pengalaman ini hampir dipastikan akan mengguncangkan jiwa siapa saja. Sindrom pasca-abortus ditangani dengan konseling kejiwaan dan psikologis, namun demikian penyembuhan secara rohani juga diperlukan. Pada dasarnya, terapi konseling untuk wanita post-aborsi tidak jauh berbeda dengan konseling karena kehilangan, dimana dalam konseling ini harus memperhatikan setiap fase dalam penerapannya.
f. Gangguan Psikologi pada Kehamilan dengan Janin Mati
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin, dan akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati ( Saipuddin, A.B, 2007).
Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Janin Mati
Ibu dan bayi yang meninggal pada periode perinatal akan mengalami kesedihan yang mendalam. Selama kehamilan mereka telah mulai mengenali dan merasa dekat dengan bayinya. Ibu yang mengalami proses kehilangan/kematian janin dalam kandungan akan merasakan kehilangan. Pada proses berduka ini, ibu memperlihatkan perilaku yang khas dan merasakan reaksi emosional tertentu, yang dapat dikelompokkan dalam berbagai tahapan berikut.
1. Menolak (denial). Ketika disampaikan janinnya mati,reaksi ibu pertama kali adalah syok dan menyangkal bahwa janinnya telah mati.
2. Marah (anger). Beberapa ahli menyebutkan ini sebagai tahap pencarian. Orang tua/ibu marah, mengapa bayinya sampai bisa meninggal.
3. Tawar-menawar ( bargaining). Dalam fase ini ortu/ibu akan mulai menawar, seandainya bayinya tidak meninggal ia akan melakukan hal tertentu asal bayinya tetap hidup.
4. Depresi ( depression). Emosi predominan dalam fase ini adalah kesedihan berduka diiringi dengan kehilangan, mereka menolak dan menarik diri, orang tua mungkin akan mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari-hari.
5. Menerima (acceptance). Fase akhir dari berduka meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali ke aktivitas normal sehari-hari. Hal yang sangat personal ini membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan dengan janin mati
Dalam memberikan bantuan dan konseling pada ibu dengan janin mati harus disesuaikan dengan fase dimana ia berada. Dengan memperhatikan hal itu diharapkan bantuan yang diberikan adalah bantuan yang tepat,bukan bantuan yang justru membuat keadaan semakin kacau.
g. Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
Kehamilan dengan ketergantungan obat didefinisikan sebagai kondisi suatu kehamilan, dimana terdapat pola penggunaan zat psikoaktif dan zt lain yang memiliki implikasi berbahaya bagi wanita dan janinnya atau bbl (Varney,2007).
Tanda dan gejala gangguan psikologis pada kehamilan dengan ketergantungan obat
1. Wanita dengan ketergantungan obat cenderung memiliki angka depresi, kepanikan, dan fobia yang lebih tinggi dari pria, sehingga jika ia dalam masa kehamilan akan memberikan dampak buruk bagi janinnya.
2. Wanita dengan ketergantungan obat merasa dirinya tidak hamil, sehingga ia cenderung mengingkari kehamilannya.
3. Wanita hamil dengan ketergantungan obat sangat beresiko terlambat dalam melakukan perawatan prenatal. Mereka enggan berinteraksi dengan system perawatan kesehatan, terutama jika mereka mereka menggunakan obat-obatan terlarang yang menyebabkan meraka ketakutan terhadap implikasi hukum.
4. Terdapat perasaan berdosa dalam dirinya karena kehamilannya, sehingga takut bayi yang ia kandung juga akn mengalami hal seperti dirinya.
5. Bagi wanita dengan adiksi yang tidak mau bergerak ke siklus pemulihan, setiap kekhawatiran pada bayinya mungkin dikesampingkan oleh kekhawatirannya mendapatkan obat.
6. Adakalanya kehamilan menjadi katalis untuk memulai siklus pemulihan pada wanita dengan ketergantungan obat.
Penanganan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
Ketergantungan obat merupakan suatu kondisi yang tercipta karena adanya pengaruh lingkungan dan factor kebiasaan. Dalam penanganan permasalahan ini perlu dilakukan konseling dengan pendekatan behavioristik, dimana konselor membantu klien untuk belajar bertindak dengan cara-cara yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih dan maladatif
Bidan harus mampu memberikan penguatan/reinforcement dan terus memberikan dukungan pada wanita dalam setiap tahap perubahan tingkah laku pemulihannya, dan juga menanamkan pengertian akan berharganya sang buah hati, yang dapat mendorong wanita untuk melakukan proses pemulihan. Bidan harus memberikan dukungan kontinu pada wanita saat melakukan pemulihan dan pola kekambuhan adiksi. Jadilah pendengar yang baik bagi wnaita dengan ketergantungan zat, karena sering kali penerimaan yang baik menimbulkan kepercayaan dan rasa tenang bagi wanita. Dengan perawatan yang terus-menerus,bidan dapat bekerja untuk meminimalkan komplikasi ibu dan janin, mendorong pengurangan zat dan mendukung siklus pemulihan. Bidan perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dalam proses pemulihan , yaitu dengan perawat, dokter, dan psikolog, serta melibatkan keluarga dalam proses pemulihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan adalah suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik biologis, psikologis maupun adaptasi pada wanita. Kehamilan dianggap sebagai waktu krisis yang di akhiri dengan kelahiran bayi. Selama kehamilan kebanyakan ibu mengalami perubahan psikologis dan emosional. Perubahan psikologis dan emosional ini tampaknya berhubungan dengan perubahan biologis yang dialami ibu selama kehamilan. emosi ibu hamil cenderung labil.
Ada Perubahan yang terjadi ketika kandungan mulai dinyatakan positif. Perubahan ini merupakan dampak dari hormon yang mempengaruhi psikologis ibu hamil.
Secara psikologis ibu hamil akan:
a. Merasakan betapa pentingnya keberadaan suami
b. Peningkatan rasa ketergantungan
c. Mudah tersentuh perasaan. Mudah merasa kasihan, mudan marah, mudah gembira dan sebagainya
d. Mudah tersinggung (sensitif)
e. Mudah berhayal
f. Pasrah
DAFTAR PUSTAKA
1. Subakti, Yazid & Deri Rizki Anggarani. 2007. Ensiklopedia Calon Ibu. Jakarta: QultumMedia.
2. Maritalia, Dewi. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Psikologi.ugm.ac.id/sarjana-psikologi/
5. Dahro, Ahmad. 2012. Psikologi Kebidanan: Analisis Perilaku Wanita Untuk Kesehatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
6. Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar