OBAT ANTIBIOTIK
Dosen
pengampu : Indrawati Kurnia Setyani,S.Farm,Apt.

Makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi
Disusun
Oleh :
Kelompok
2
1. Lulus
Fitriani 16150007
2. Al
Dila Rosyidiana 16150008
3. Gita
Purnamasari 16150009
4. Megawati
Mahardika 16150010
5. Wahyuni
Melati 16150011
6. Julianti 16150012
7. Silvianur
Sukmawati 16150013
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI D3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karunia Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Banyak kesulitan
dan hambatan yang kami hadapi dalam
membuat makalah ini, tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan,
bimbingan dari berbagai pihak sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik. Kami mengucapkan
terimakasih kepada seluruh anggota yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan
segala pemikiran dalam makalah ini. Makalah kelompok kami masih belum cukup
sempurna, oleh karena itu kami menerima saran dan kritik guna kesempurnaan
tugas ini dan kedepanya. Dan kami berharap makalah ini bermanfaat terutama bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang
sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya
yaitu agar dapat menggunakan obat dengan tujuan pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan penyakit.Antiboitik ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama
fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.
Selama kehamilan sangat sering kali
ibu hamil mengalami gangguan kesehatan sehingga membutuhkan obat. Sehingga kesehatan
ibu hamil adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan
kedua bagian unit tersebut yaitu ibu dan janin. Menjaga asupan gizi menjadi hal
penting bagi ibu hamil agar ibu dan janin sehat hingga hari kelahiran.
Kesehatan ibu saat kehamilan sangat
menentukan perkembangan janin. Berbagai macam penyakit mulai ringan hingga
berat bisa saja terjadi. Tidak jarang untuk menghilangkan rasa sakit yang
ditimbulkan pada akhirnya ibu mengkonsumsi berbagai obat. Namun banyak
obat-obatan yang dikonsumsi ibu dapat masuk dalam plasenta dan mempengaruhi
janin. Oleh karena itu, baik pemberian dan pembelian obat perlu dilakukan
dengan hati-hati.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah farmakokinetikaobatselama kehamilan.
2.
Bagaimanakah pengaruhobatpadajanin.
3.
Bagaimanakah efek
antibiotik pada kehamilan.
4.
Bagaimanakah indekskeamanankehamilan antibiotik.
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mahasiswa mampu mengetahui farmakokinetikaobatselama kehamilan
dan pengaruhobatpadajanin
2.
Mahasiswa mengenal
indeks keamanan antibiotik pada ibu hamil dan menyusui.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan
molekul, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Antibiotik tidak efektif menangani
infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik
sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri.Antibiotik
tidak dapat digunakan untuk melawan infeksi virus, seperti pada kondisi flu,
bronkitis, dan beberapa infeksi telinga.
Ada antibiotika yang membidik
bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas.
Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik
mencapai lokasi tersebut.
Indikasi penggunaan antibiotik ada
tiga, yaitu sebagai terapi definitif, terapi
empiris, dan terapi profilaksis.
Antibiotik sebagai terapi/pengobatan definitif
digunakan untuk menghentikan adanya
infeksi bakteri. Antibiotik sebagai terapi
empiris, yaitu digunakan untuk
kasus-kasus yang kritis, dimana waktu tidak
adekuat untuk menunggu identifikasi
dan isolasi bakteri. Sedangkan, antibiotik
sebagai terapi profilaksis
dikarenakan penggunaannya yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi
spesifik yang dapat terjadi akibat efek dari suatu
tindakan invasif.
B. Penggolongan
Antibiotik
Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur
Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya
berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif.
Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia
(1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi
dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil
Penisilin
1) Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
2) Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis
media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.
b. Pensilin Tahan Penisilinase
1) Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena
stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi,
gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi
dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan
otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
2) Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena
stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi,
gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi
dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan
otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
c. Pensilin Spectrum Luas
1) Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi,
gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi
dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan
otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
2) Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi,
gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi
dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan
otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare
pada pemberian per oral.
d. Penisilin Anti Pseudomona
1) Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan
oleh pseoudomonas dan proteus.
2) Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan
oleh pseoudomonas aerugenosa.
3) Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan
oleh pseoudomonas aerugenosa.
2. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic
betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba.
Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui
ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
a. Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+)
dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif
terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-masng
derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis
yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa
tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas
terahadap sefalosforin, porfiria
b. Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut
dari bronchitis kronik dan otitis media.
c. Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada
pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d. Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan
bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
e. Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan
1 pembedahan.
f. Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas
tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi
kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik
dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena
masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
a. Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri
kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia, mikoplasma, dan
riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati
(hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3),
kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare,
eritema.
b. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas
gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek
samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan
terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
c. Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis
(kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit
radang perlvis (bersama metronidazo)
d. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan;
kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan
Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan
inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat
bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative.
Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan
penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
a. Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang
resisten terhadap gentamisin.
b. Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis
pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier,
pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str
farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad
meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal,
bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan
vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan,
miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler
dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang
colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler,
intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis terbagai tiap 8
jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat
juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.
c. Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum
operasi
d. Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram
negative yang resisten terhadap gentainisin.
5. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic
dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan
untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan
abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat
ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil,
penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang
reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik ( dapat berlanjut
mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual,
muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.
6. Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum
antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan
sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
a. Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk
pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter,
pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis
kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
b. Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas,
otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
c. Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas,
infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk
eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum ( lihat bagian 1.1)
7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari
polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan
berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas.
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur,
antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif
terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin
terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid
berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan kemampuannya
untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel
diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan
membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika
bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis
nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam
usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat
ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi
ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi
dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan munculnya antibiotika yang
lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan
kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah
obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson,
etambutol dan lain-lain.
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini
adalah
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium
chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai
gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin
diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943).
2. Sefalosforin merupakan antibiotic
betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba.
Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui
ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan
spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah
resistansi.
4. Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan
aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin
dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif
teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas
untuk tuberkalosa.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan
spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk
infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses
otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
6. Eritromisin memiliki spectrum antibakteri
yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai
alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas,
pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakter.
7. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B,
polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan berciri struktur
polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan
antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil
Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman
Gram-positif.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar
dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi karena kami akui masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
o-add-space:auto;line-height:150%;background:white'>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar